Menjadikan Menulis sebagai Passion

Oleh: Fitrilawati

Resume ke-2
Gelombang: 27
Tanggal: 24 Agustus 2022
Tema: Menjadikan Menulis sebagai Passion
Narasumber: Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd.
Moderator: Dail Ma’ruf



Berikut adalah resume dari materi pertemuan kedua Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang ke-27 yang diberikan oleh Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd sebagai narasumber. Pada pertemuan tersebut yang bertindak sebagai Moderator adalah Bapak Dail Ma’ruf, MPd.

Topik dari materi pada pertemuan kedua adalah Menjadikan Menulis sebagai passion. Apa yang dimaksud dengan menulis sebagai passion? Menulis adalah suatu kegiatan membuat catatan yang berisi suatu informasi pada suatu media dengan menggunakan rangkaian kata. Inti dari menulis adalah menuangkan pikiran, perasaan dan ide lewat rangkaian kata sehingga mudah dimengerti oleh orang lain. Agar dapat menuangkan ide/perasaan penulis harus memiliki kemampuan dalam menggunakan kosakata, tata tulis,dan struktur bahasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), passion artinya yaitu kegemaran, gairah, keinginan yang besar, semangat, emosi, kemarahan, dan kecemasan.

Pada pertemuan kedua ini, Ibu Dra. Sri Sugiastuti, MPd yang merupakan seorang guru hebat, motivator, Blogger dengan banyak karya buku yang temanya sangat beragam, sharing dan memberikan tips bagaimana cara menjadikan kegiatan menulis sebagai passion.

Menurut narasumber yang mempunyai panggilan akrab Bu Kanjeng, passion menulis adalah suatu gairah menulis setiap saat. Menulis menjadi satu kebutuhan, bila belum menulis seperti ada yang kurang. Ada juga yang kalau belum menulis, belum bisa tidur. Jadi dengan menjadikan menulis sebagai Passion, proses menulis adalah proses yang sangat dinikmati sehingga kita sengaja menyediakan waktu untuk menulis.

Mengapa menulis menjadi passion sangat menjanjikan? Kemampuan menulis dipandang sebagai indikator intelektualitas dan kematangan berpikir. Hingga hari ini, profesi penulis adalah salah satu pekerjaan yang sangat dihormati dan dihargai secara sosial. Menulis adalah pekerjaan atau profesi yang mulia.

Ada beberapa kendala dan hambatan untuk menjadikan menulis sebagai passion. Beberapa hambatan antara lain merasa tidak bakat menulis, tidak memiliki waktu, tidak memiliki ide, tidak mau dikritik, tidak suka menulis. Bu Kanjeng memberikan tips bagaimana cara mengatasi kendala tersebut. Pertama ubah dulu mindset, katakan pada diri bahwa saya bisa menulis, kemudian siapkan waktu untuk menulis, jangan baper atau minder, perbanyak membaca, bangun komunitas Literasi. Beliau membagikan pengalaman bahwa amat sangat bahagia berkat menjadikan menulis sebagai passion. Diantaranya adalah bisa berbagi ilmu menulis, mengawal penulis pemula menjadi percaya diri dan tentunya jadi bagian dari keluarga besar komunitas menulis di mana mana.

Bu Kanjeng mendorong untuk jangan pernah takut menulis, apalagi merasa tidak punya bakat menulis. Menurut beliau menulis itu adalah keterampilan tertinggi setelah berbicara, mendengar dan membaca. Bu Kanjeng mengatakan adalah salah besar kalau ada yang merasa tidak bisa menulis. Setiap orang yang lahir ke dunia memiliki potensi dari Allah untuk siap dikembangkan. Sehingga perlu mengubah mindset dan membuktikan kalau bisa menulis.

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara menulis. Jawaban pertanyaan ini bersifat teknis dan jawabannya cenderung mudah dipelajari melalui proses latihan. Kapan kita mulai menulis? Jawabannya adalah secepatnya, kita harus niatkan untuk membuat karya yang asli dari diri kita.

Bu Kanjeng menjelaskan langkah-langkah menjadi penulis yang baik. Langkah pertama untuk menjadi seorang penulis yang baik, kita perlu membaca banyak buku baik yang bersifat general (umum) maupun spesifik (misalnya sesuai dengan background akademik atau interest pribadi kita). Hal tersebut penting karena ide dan gagasan seringkali muncul saat kita mendialektikakan bahan bacaan yang kita baca dengan bacaan orang lain atau dengan diri kita sendiri. Langkah berikutnya adalah berdiskusi. Bila diperlukan, ada baiknya kita memiliki mentor menulis yang tepat. Kemudian kita perlu melihat dan merasakan topik yang sama baik secara langsung maupun membaca di media. Terakhir mensosialisasikannya untuk mengetahui berapa banyak pengetahuan, pengalaman dan kisah orang lain yang dapat kita serap.

Beberapa tips mengenai persiapan untuk menulis yang diberikan oleh Bu Kanjeng antara laian menggali dan menemukan gagasan/ide, menentukan tujuan, genre, dan segmen pembaca, menentukan topik, membuat outline, dan mengumpulkan bahan materi / buku. Untuk menggali dan menemukan gagasan ide dapat dilakukan melalui pengamatan baik terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi, imajinasi, dan kajian pustaka. Untuk mempermudah proses penemuan ide, cara efektif yang dapat digunakan adalah melalui brainstorming. Setelah itu, penulis perlu menentukan tujuan menulis, genre yang diikuti serta target segmen pembaca. Sasaran pembaca akan menjadi bahan pertimbangan penting dalam menentukan warna tulisan. Selain itu, kita harus memastikan bahwa tulisan yang kita hasilkan akan marketable.

Bu Kanjeng juga memberikan contoh menentukan topik. Misalnya, tujuan menulis untuk memberikan informasi yang benar tentang kesehatan, genrenya tulisan populer. Jika sasarannya adalah orang tua (manula), maka penulis bisa menentukan tulisan misalnya dengan topik “Hidup sehat di usia senja”. Dalam membuat outline, kerangka tersebut menunjukkan gambaran materi yang akan ditulis. Menulis outline cukup dengan garis besarnya saja. Karakteristik outline yang baik memiliki kesederajatan yang logis, kesetaraan struktur, kepaduan, dan penekanan. Mengumpulkan bahan materi buku. Selain itu agar semakin banyak ide atau gagasan yang dapat dikembangkan. Apabila sudah menemukan topik, maka bahan bacaan yang dikumpulkan sesuai dengan topik yang sudah ditentukan. Namun Bu Kanjeng juga memberikan nasihat bijak. Penulis pemula harus sabar, tulislah semampu kita terlebih dahulu. Jangan berfikir harus sempurna, dan jangan terlalu idealis Nara sumber juga memberikan langkah-langkah untuk membuat buku dari naskah kasar yang sudah dimilik. Ada beberapa tahapan yang harus dilewati hingga terbitnya buku, antara lain editing, revising, publishing. Pada tahap editing perlu membaca ulang dan menyempurnakan draf. Pada tahap revising dilakukan perubahan beberapa bagian naskah, melengkapi naskah, mengevaluasi kembali naskah untuk menihilkan kesalahan tulis. Pada tahap publishing dilakukan pengiriman naskah, pracetak (perwajahan buku, tata letak, ISBN, proof reading), pencetakan, promosi dan distribusi.

Banyak sekali pengetahuan dan motivasi yang diberikan oleh narasumber hebat dan moderator hebat pada pertemuan kedua ini. Hal tersebut tentu menjadi motivasi untuk menjadikan menulis sebagai passion. Terima kasih untuk penyelenggaraan pelatihan ini. Hal tersebut akan memberi manfaat bagi peningkatan literasi di Indonesia!


14 komentar:

  1. Yuk materi ini bisa jadi bagian dari buku resume..ambil intinya kembangkan kebermanfaatannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Bu, senang banget Bu Kanjeng bersedia mampir. Ya Bu, pengen sekali kumpulan resume yang dibuat selama mengikuti KBM bisa dijadikan buku solo. Sempat bermimpi seandainya Bu Kanjeng bersedia menjadi editor ....

      Hapus
  2. Masya Alloh..
    Sudah lengkap sekali..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mentorku atas dukungan semangatnya

      Hapus
  3. Masya Allah, bagus sekali pemilihan katanya

    BalasHapus
  4. Alangkah indahnya hari ini. terasa lebih indah setelah baca resume bu DIOBA. Mantap dan selamat moga jadi buku solo. judul : resep bu DIOBA --- mahir MENULIS

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Pak Dail sudah bersedia mampir. Ya, pengen banget punya buku solo

      Hapus
  5. Balasan
    1. Terima kasih Bu Astukah, menjadi semangat .....

      Hapus