Menulis Buku dari Karya Ilmiah

Oleh: Fitrilawati

Resume ke-5
Gelombang: 27
Tanggal:31 Agustus 2022
Tema: Menulis Buku dari Karya Ilmiah
Narasumber: Noralia Purwa Yunita, M.Pd
Moderator: Mutmainah



Berikut adalah resume dari materi pertemuan kelima pada Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang ke-27 yang diberikan oleh Ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd sebagai narasumber dan Ibu Mutmainah sebagai Moderator.

Ibu Noralia yang saat ini menjadi pengajar di SMP Negeri 8 Semarang adalah alumni kelas belajar menulis gelombang 8. Selain mengajar dan aktif berorganisasi, Bu Noralia juga aktif sebagai penulis pada berbagai penerbit. Selain itu Bu Noralia, yang juga menjadi pembimbing ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMP, sudah memiliki banyak karya yaitu berupa 17 buku solo dan berbagai artikel Ilmiah.

Suatu karya ilmiah ditulis secara sistematis berdasarkan penalaran yang logis sehingga apa yang ditulis oleh penulis sesuai dengan akal sehat dan didukung oleh data yang objektif, menggunakan argumentasi teori yang benar, sahih dan relevan, serta mengaitkan argumentasi empirik dengan teoretis. Beberapa contoh karya ilmiah antara lain skripsi, tesis, artikel ilmiah, laporan penelitian, dan lain-lain. Adalah tidak mudah membuat karya ilmiah karena membutuhkan dana dan curahan pikiran yang tidak sedikit. Namun sayangnya karya ilmiah umumnya hanya tersimpan di perpustakaan saja sehingga pembacanya sangat terbatas.

Nara sumber memberikan solusi guna memperbesar manfaat dari suatu karya ilmiah, yaitu dengan mengubah karya ilmiah tersebut menjadi sebuah buku. Beliau menjelaskan beberapa manfaat dari mengubah karya ilmiah menjadi buku antara lain: buku dibaca oleh kalangan lebih luas, buku dapat diperjualbelikan sehingga dapat memberikan keuntungan material, bagi para ASN buku dapat memberikan poin angka kredit yang signifikan, jika buku banyak dibaca maka sang penulis akan lebih dikenal oleh kalangan yang lebih luas, dan dalam bentuk buku ilmu dapat tersebar secara lebih luas.

Nara sumber juga memberikan cara untuk mengubah karya ilmiah menjadi buku antara lain mengubah judul, mengubah cara penyajian, memperluas isi sehingga memiliki jumlah halaman yang cukup, menambah referensi. Juga diberikan contoh cara membuat judul yang hanya fokus pada objek penelitian dan ditambahkan dengan kata yang tepat sehingga judulnya menjadi popular dan tidak terlalu ilmiah. Langkah penting lainnya adalah mengubah daftar isi dengan mengikuti pola 2W+1H (why, what, how). Selanjutnya dalam mengubah karya ilmiah menjadi buku, penting sekali untuk memperbanyak isi materi dengan memperluas kata kunci judul buku kita dengan menggunakan sumber referensi yang relevan.

Narasumber juga menekankan bahwa penyajian karya ilmiah versi buku adalah berbeda dengan karya ilmiah versi laporan. Penulis memiliki kebebasan dalam membuat susunan dan gaya karena setiap penulis memiliki ide dan kreativitas masing-masing sesuai dengan pengalaman dan bahan bacaannya. Beliau juga menekankan bahwa semakin literat seorang penulis maka akan semakin bagus buku yang dia tulis. Hal ini dikarenakan membaca, berpikir dan menulis adalah satu rangkaian literasi yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, dalam menulis suatu buku dari karya ilmiah harus diupayakan agar pembaca dapat memahami isi buku kita secara lengkap, dan mengena.

Nara sumber juga mengatakan bahwa membuat buku dari karya ilmiah bukan hanya mengubah cover dan judul saja, namun isinya harus diperluas. Isi buku yang sama dengan karya ilmiah merupakan suatu kesalahan karena akan menjadi self plagiarisme terhadap karya kita. Struktur dan isi buku harus diperluas tidak sama persis dengan struktur dan isi karya ilmiahnya.

Narasumber menutup materinya dengan menyatakan bahwa agar karya ilmiah kita memiliki manfaat yang lebih, maka dapat diubah ke dalam bentuk buku. Fungsinya agar dapat dibaca oleh para pengajar lainnya. Hal ini lebih baik daripada hanya terseimpan sebagai karya ilmiah kita. Jika karya ilmiah dibukukan, selain memberikan manfaat dalam berbagi ilmu, buku karya ilmiah karya kita juga akan memiliki ISBN. Ini sangat penting dan mungkin dibutuhkan bagi pengajar untuk menambah nilai angka kredit. Selian itu, karya kita juga tidak akan lekang oleh waktu tentang kebermanfaatannya.

Dengan panduan moderator keren yang pemakaian bahasanya indah, pertemuan kelima pada pelatihan Belajar Menulis Gelombang 27 telah memberikan tips cara menulis buku dari karya ilmiah. Terima kasih kepada Narasumber, moderator, dan Tim Solid yang sudah bersusah payah mengadakan pelatihan ini




Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi


Oleh: Fitrilawati

Resume ke-4
Gelombang: 27
Tanggal: 29 Agustus 2022
Tema: Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi
Narasumber: Aam Nurhanah S. Pd
Moderator: Rosminiyati


Berikut adalah resume dari materi pertemuan keempat pada Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang ke-27 yang diberikan oleh Ibu Aam Nurhanah S. Pd sebagai narasumber dan Ibu Rosminiyati sebagai Moderator.

Ibu Aam Nurhasanah merupakan seorang guru di SMP Negeri Satu Atap 4 Cipanas, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Bu Aam merupakan penulis cerdas yang berbakat, inspiratif, dan selalu ceria. Sejak Bulan Juli 2020 sampai dengan bulan Januari 2022, Bu Aam sudah memiliki 40 buku, empat diantaranya adalah buku solo.

Bu Aam menceritakan bahwa awal kegiatannya menulis dimulai ketika menjadi peserta kelas menulis pada BM PGRI Gelombang 8, namun karena suatu hal beliau tidak dapat memenuhi persyaratan dalam pembuatan tugas resume. Hal tersebut tidak membuat Bu Aam menyerah, beliau kembali mengulang kelas di BM PGRI gelombang 12. Ketika itu, pada pertemuan kedua Bu Aam menerima ajakan narasumber hebat yaitu Ibu Sri Sugiastuti untuk menulis buku antologi. Tawaran tersebut membuat Bu Aam bersemangat untuk mengukir karya buku pertama. Pada Juli 2020 lahirlah buku antologi pertama Bu Aam yang berjudul “semangat menulis bersama Bu Kanjeng”. Buku tersebut menjadi tonggak utama penyemangat Bu Aam untuk menulis, sampai sekarang beliau masih ingat bahwa tulisannya berada pada urutan pertama dari 42 kontributor buku antologi tersebut.

Setelah menghasilkan buku antologi, motivasi Bu Aam untuk menulis makin berkibar, sehingga bersemangat menyelesaikan semua tugas resume. Hanya berselang satu bulan dari waktu terbitnya buku antologi, Bu Aam juga berhasil menyelesaikan buku solo pertama yang berjudul “Mengukir mimpi menjadi penulis hebat”. Akhirnya Bu Aam berhasil lulus pada BM PGRI gelombang 12 dengan menulis semua resume dan menerbitkan sebuah buku solo.

Menurut Bu Aam, buku solo pertama tersebut lahir dari sebuah mimpi bahwa ingin menulis seribu buku sehingga dapat menjadi penulis hebat di masa depan. Hal lain yang sangat memotivasi Bu Aam adalah ketika buku solo pertamanya langsung diborong oleh MKKS Subrayon 3 Kabupaten Lebak, dan sudah terjual di seluruh tanah air. Sejak saat itu, Bu Aam rutin menulis dan menerbitkan buku. Setiap bulan Bu Aam berhasil menerbitkan minimal satu buku. Beliau sangat semangat dan produktif menulis seolah keinginan menulisnya tidak terbendungkan. Pada beberapa waktu dalam satu bulan Bu Aam pernah berhasil menerbitkan dua buku, tiga buku sampai empat buku.

Aktivitas menulis tersebut membuat Bu Aam ikut bergabung dengan tim solid Omjay dalam BM PGRI sebagai moderator. Kekaguman beliau pada moderator Ibu Fatimah dan Mr. Bams membuatnya semakin semangat dalam mencoba profesi sebagai moderator. Pengalaman menjadi moderatorpun diungkapkan dalam bentuk tulisan berjudul “kunci sukses menjadi moderator online” dan terbit menjadi buku solo kedua.

Setelah lulus sebagai peserta menulis gelombang 12, melalui kegiatan menulis profesi beliau bertambah sebagai blogger, moderator, narasumber, kurator, dan editor. Melalui kegiatan menulis beliau naik kelas dan juga berhasil mendapatkan penghargaan.

Berkat aktivitas menulis, setelah menjalani profesi moderator, Bu Aam diberi kesempatan oleh Bu Kanjeng menjadi kurator yang bertugas menghimpun naskah para peserta BELAJAR MENULIS untuk dijadikan buku antologi. Ada banyak buku antologi dari alumni BM Menulis Omjay dimana Bu Aam menjadi kurator.

Setelah menggali pengalaman sebagai moderator dan kurator kelas menulis, Bu Aam terus mengasah keterampilan menulis dengan mengikuti lomba blog PGRI dengan ketentuan lomba menulis tanpa jeda sejak tanggal 1-28 Februari 2021 dan berhasil menjadi juara pertama. Prestasi tersebut telah melahirkan ide membuat buku solo ke-3 yang bejudul "Blogger Inspiratif". Setelah berhasil menjadi juara blog, Bu Aam diminta untuk membantu mengedit naskah muridnya berupa sebuah novel yang berjudul “Seindah Takdir Cinta”.

Setelah pengalaman pertama menjadi editor, Bu Aam banyak menerima permintaan teman2 belajar menulis untuk mengedit buku resumenya. Sebagai penulis, lika-liku perjalanan menulis hingga menjadi editor, telah dituangkan menjadi buku solo ke-4 berjudul “Rajin Menulis Berbuah Manis”.

Ternyata mimpi-mimpi di awal belajar menulis telah mengantarkan Bu Aam ke puncak kesuksesan, naik kelas dari peserta kelas menulis menjadi moderator, kurator, editor dan narasumber kegiatan berskala nasional. Bu Aam berharap pengalamannya tersebut bisa memotivasi peserta kelas menulis untuk naik kelas. Beliau menutup materinya dengan kalimat motivasti “ Mari menulis dan semangat berkarya, hingga kita dikenal dunia”.

Upaya Menggapai Mimpi Masa Kecil dengan Mengikuti Pelatihan BM PGRI Gelombang -27

Oleh: Fitrilawati




Banyak buku menarik dan menjadi best seller sehingga diangkat oleh produser menjadi suatu film. Akan tetapi seringkali orang merasa kecewa karena mendapatkan bahwa bukunya lebih bagus ketimbang filmnya! Saya sering merasa terkagum-kagum kepada penulis, bagaimana penulis bisa menggambarkan suatu karakter secara rinci dan detail sehingga pembaca dapat berimajinasi membayangkan bagaimana tokohnya, bagaimana tempatnya, dan bagaimana suasananya. Dengan demikian pembaca dapat merasakan adanya suatu ‘bonding’ dengan cerita yang disuguhkan oleh penulis.

Mimpi masa kecil untuk menjadi penulis
Sebenarnya sejak kecil saya sudah mengagumi banyak penulis. Walaupun saat itu buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah sangat sederhana, yang hanya berupa tulisan saja tanpa ilustrasi menarik apalagi berwarna, namun adalah sangat menyenangkan meminjam buku cerita disana. Teringat waktu itu ada buku tentang kehidupan seorang gadis di desa terpencil. Sang Penulis pandai sekali merangkai kata dan mendeskripsikan suasana secara rinci, sehingga terbayangkan oleh pembaca betapa menyenangkan tinggal di desa tersebut. Indah sekali dunia khayalan yang diciptakan oleh sang penulis. Kesan yang tertinggal di kepala setelah membaca buku tersebut sempat mempengaruhi diri. Ketika itu sempat mempunyai keinginan kalau sudah besar nanti ingin tinggal di daerah perbukitan, hidup sebagai petani berkebun sayur-mayur dan buah-buahan, serta memiliki seekor kuda yang dapat mengantarkan kemana-mana. Betapa liarnya dunia khayalan anak kecil yang diinisiasi oleh suatu bacaan!

Pengalaman membaca buku-buku membuat diri terkagum-kagum pada profesi penulis, bahkan pernah bermimpi seandainya pada suatu hari nanti dapat menjadi seorang penulis. Ternyata tidak mudah untuk membuat tulisan yang diinginkan. Walaupun sudah ada ide di kepala sebagai bahan untuk dituliskan, namun ketika menuangkannya dalam bentuk tulisan banyak sekali hambatan. Seringkali baru menghasilkan satu dua halaman tulisan, terasa banyak kekurangannya, misalnya urutan kalimat yang tidak sesuai, penggunaan kata yang tidak tepat sehingga merasa tulisan tersebut perlu direvisi lagi. Akan tetapi, karena ada banyak urusan penting yang harus segera dikerjakan, kegiatan menulis menjadi prioritas ke seratus, yang pada akhirnya tidak pernah mendapatkan giliran. Sebagai akibatnya hingga sebelum mengikuti pelatihan ini jangankan membuat buku, tulisan yang lengkap dan siap dipublikasikan pada suatu Blog pun belum punya.

Awal perkenalan dengan BM PGRI
Karena senang membaca dan mengagumi profesi penulis, ketika pada WAG orang tua murid di sekolah anak, ada bapak guru yang memposting tulisannya di Blog dan Kompasiana, saya menjadi sangat tertarik untuk membacanya. Setelah dibaca, tulisan tersebut terasa sangat menarik, dengan bahasa sederhana ceritanya mengalir sehingga terbayangkan di kepala kejadian dan suasana indah yang diceritakan oleh sang guru penulis. Hal tersebut membuat saya menjadi pembaca setia dari tulisan-tulisan sang guru penulis. Karena tertarik dan kagum, ingin juga berkomentar terhadap tulisan di Blog tersebut, tetapi nggak bisa karena ternyata yang tidak mempunyai akun di Blog tersebut tidak bisa membuat komentar. Pada saat itu belum tahu bagaimana cara membuat akun pada Blog dan tidak ada suatu keperluan mendesak yang mengharuskan untuk memiliki suatu Blog.

Suatu hari sang guru penulis memposting di WAG orang tua murid di sekolah anak tentang adanya kesempatan untuk mengikuti Bimbingan Menulis PGRI gelombang 27 yang akan diadakan pada bulan Agustus 2022. Melihat postingan tersebut, langsung terasa ada trigger yang mengusik mimpi masa lalu untuk menjadi seorang penulis. Ketika tahu bahwa yang bukan anggota PGRI pun dapat mengikuti pelatihan menulis tersebut, saya langsung mencoba bergabung ke WAG Belajar Menulis (BM) tersebut, walaupun secara senyap sambil menyelinap. Saat itu belum ada keberanian untuk memperkenalkan diri di grup.

Awalnya bingung ketika bergabung dengan WAG BM PGRI, terasa seperti masuk belantara. Tidak ada orang yang dikenal dalam grup tersebut, sementara chatting di grup sangat ramai dan para anggotanya tampak saling kenal dan akrab. Sempat pusing juga mengikuti grup tersebut, apalagi ada beberapa posting sampah yang lewat. Sempat menghibur diri dan mengatakan pada diri sendiri bahwa hal tersebut wajar saja karena tautannya lepas sehingga siapa aja bisa join ke grup tersebut. Lalu iseng, mencoba mengecek keanggotaan WAG, alamak banyak sekali anggotanya. Kemudian terasa agak lega juga karena di grup tersebut ternyata ada nama sang guru penulis yang sudah dikenal. Lalu, agar tidak kesepian, secara random mencoba mengontak salah seorang admin grup tersebut. Ternyata nyangkutnya ke ibu Emut (waktu itu belum tahu bahwa nama beliau Mutmaenah). Di luar ekspektasi ternyata ibu Emut sangat ramah sekali, dengan pengantar sang bu admin, timbul keberanian untuk menuliskan perkenalan diri di WAG tersebut.

Pertama kali membuat akun Blog dan membuat tulisan di Blog
Sebagai pendatang baru, saya pasang mata telinga dan menjadi pengamat dan pendengar yang aktif guna mendapatkan informasi lengkap. Setelah membaca aturan pelatihan dan rencana materi pelatihan yang akan diberikan, keinginan untuk belajar dan ikut pelatihan BM pun semakin kuat. Karena ada persyaratan mempunyai akun Blog, segera saya belajar dan membuat akun Blog dan akun kompasiana. Setelah itu saya merasa senang karena sudah punya akun Blogger dan Kompasiana, walaupun Blog tersebut masih kosong dan saya pun belum tahu cara mengedit tulisan pada Blog tersebut. Terasa cukup melegakan karena dengan memiliki akun Blogger sudah terjamin adanya tiket untuk mengikuti pelatihan BM.

Setelah memiliki Blog, menunggu waktu pertemuan pertama pelatihan terasa lama. Ketika opening ceremony, saya berusaha menyimak apa yang disampaikan oleh panitia dan penggagas pelatihan walau saat itu harus sambil mengerjakan pekerjaan lain. Apa yang disampaikan panitia pada saat opening ceremony tersebut sangat berkesan dan memotivasi diri untuk lanjut belajar. Apa lagi terlihat bahwa tahapan belajarnya cukup realistis dan juga dilengkapi supporting system. Pelatihan tersebut dirancang dengan perencanaan yang baik, ada 30 kali pertemuan dengan 30 narasumber yang akan memberikan 30 macam materi. Ada kewajiban bagi peserta pelatihan untuk menulis resume dari setiap pertemuan. Dan yang penting lagi, resume yang dibuat tersebut wajib diposting pada Blog. Ada juga supporting grup yaitu kelompok kecil yang dikoordinasi oleh seorang mentor yang dapat membantu proses belajar secara personal.

Rancangan pelatihan tersebut sangat menarik karena dalam pelatihan tersebut ada semacam tahapan. Untuk naik ke level atas (bacanya menjadi penulis) peserta tidak disuruh meloncat, tetapi diajak menaiki anak tangga setahap demi setahap, yang mestinya bisa dilalui dengan langkah normal. Pada pelatihan tersebut ada rutinitas latihan menulis (tiga kali pertemuan per minggunya) dengan ide yang sudah disiapkan oleh panitia (yaitu membuat resume materi), ada deadline yang jelas, dan ada target yang realistis. Setiap resume yang dibuat bisa langsung diposting, tanpa perlu menunggu kesempurnaan. Kalaupun ada banyak kekurangan, itu adalah wajar, namanya juga sedang belajar. Kemudian ada juga feedback dari tim solid untuk resume yang dibuat. Hal tersebut sangat berguna karena merupakan latihan guna membantu peserta untuk membiasakan diri membuka telinga dan melapangkan hati terhadap kritikan. Teringat kata bapak guru saat masih di bangku sekolah dulu, bahwa latihan merupakan tahapan penting dalam mengerjakan segala sesuatu agar bisa membuat lompatan katak (frog leap).

Setelah mendengarkan uraian pada opening ceremony, saya tercenung dan bergumam pantas saja selama ini tidak pernah berhasil membuat tulisan yang diterbitkan. Target yang diinginkan terlalu tinggi sementara kemampuan diri tidak memadai. Kemampuan penulis hebat dalam membuat deskripsi yang indah dan mudah dicerna sehingga dapat menyenangkan hati pembaca, pastilah bukan hal yang didapat secara instant tetapi setelah melewati banyak tahapan pembelajaran yang konsisten dan penuh tantangan. Tidak mungkin sesuatu itu terjadi secara instant, seperti pada kisah Bandung Bondowoso yang dapat menciptakan seribu candi dalam semalam demi memenuhi persyaratan yang diminta oleh Roro Jonggrang. Cerita 'ke-instan-an' tersebut hanyalah sebuah dongeng dan bukan realita. Saya percaya bahwa harus ada proses untuk sesuatu pencapaian. Karena itu pada awal pelatihan ada semacam ‘resolusi’ pada diri untuk mengikuti tahapan-tahapan pelatihan yang telah dirancang oleh panitia dengan baik, walau dalam kondisi terbatas.

Pertemuan Pelatihan BM Gelombang 27
Ketika itu, menanti waktu pertemuan pertama terasa lama. Sambil menunggu saya membuka Blog yang sudah dibuat dan mencoba membuat tulisan pertama. Apa yang ditulis adalah apa yang ada di kepala saat itu, semacam membuat curahan hati. Walaupun belum bisa dan belum biasa menggunakan editing pada Blog, tulisan yang dibuat tersebut langsung diposting. Kali itu terasa ringan saja dan tanpa beban, kalaupun tulisan tersebut masih kurang baik ya tidak apa-apa, namanya saja sedang belajar. Ternyata sikap cuek seperti itu sangatlah membantu. Itu adalah tulisan pertama yang diposting. Walaupun hanya sebuah tulisan singkat senang juga, apa lagi sudah ada yang mampir dan berkomentar. Ingin memberikan ucapan terima kasih atas support yang mampir tersebut, tapi kala itu belum tahu cara membuat komentar. Mencoba berdamai lagi dengan diri, nggak apa-apa mungkin lain waktu bisa membalas komentar, namanya juga learning by doing.

Saat itu, walau sangat menunggu pertemuan pertama, ternyata saat waktunya tiba saya tidak bisa real time mengikuti materi yang disampaikan oleh Omjay yang merupakan narasumber pertama pada pelatihan BM gelombang 27. Topik pertama yang diberikan sangat menarik yaitu tentang menulis di Kompasiana. Saat itu membuat resume pertama tanpa beban, apalagi saat membuat akun Kompasiana sempat juga searching tentang Kompasiana.

Setelah mengikuti tiga kali pertemuan, terasa pengetahuan yang didapat dari kegiatan pelatihan tersebut semakin bertambah dan menulis terasa lebih lancar. Saat ini pada Blog yang dibuat sudah ada empat tulisan, tulisan pendahuluan saat awal membuat Blog dan tiga buah resume dari tiga materi yang diberikan oleh narasumber. Ada keinginan untuk terus mencoba menulis tanpa menekan diri dengan target yang muluk-muluk. Selain itu, ada keinginan untuk memotivasi diri agar kegiatan menulis bisa menjadi passion.

Membuat tulisan untuk antologi
Setelah pertemuan kedua dengan nara sumber Bu Kanjeng, ada tawaran untuk ikut menulis antologi kepada peserta pelatihan. Setelah membaca postingan tersebut ada keinginan untuk mencoba, akan tetapi saya sangat ragu. Ada pertanyaan di dalam diri tentang apakah bisa membuat tulisan dan juga apakah pantas? Ada semacam tekanan pada diri agar tahu diri, apakah pantas membuat tulisan untuk antologi the power of writing karena sejauh ini baru bisa membuat tiga tulisan di Blog. Tulisan-tulisan itupun hanya berupa resume materi yang diberikan oleh narasumber pada beberapa pertemuan pelatihan, yang merupakan bagian dari kewajiban dalam mengikuti kegiatan BM. Saya butuh beberapa hari untuk membuat keputusan, sampai akhirnya memberanikan diri untuk bergabung pada grup antologi the power of writing. Alhamdulillah, setelah bergabung di grup tersebut ada support positif sehingga berani untuk mencoba. Pada tulisan ini saya mencoba menuliskan latar belakang dan pengalaman mengikuti pelatihan bimbingan menulis PGRI gelombang 27.

Ucapan Terima Kasih
Berkaitan dengan tulisan ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Pak Abas Besari, sang guru penulis yang merupakan guru favorit anak saya. Tulisan beliau sudah mentrigger kembali mimpi masa kecil untuk menjadi penulis dan beliau juga yang mempekenalkan saya dengan BM PGRI. Terima kasih kepada Ibu Mutmaenah yang sudah menemani saya bergabung dengan WAG BM PGRI. Terima kasih kepada Omjay, Bu Kanjeng, dan Maydearly yang sudah memberikan banyak materi berguna, Terima kasih kepada Ibu Lely yang menjadi mentor saya. Serta terima kasih kepada Pak Damar dan Pak Sim yang sudah memberikan support dan keyakinan bahwa bisa membuat tulisan antologi the power of writing. Terima kasih kepada semua tim solid yang menyelenggarakan pelatihan BM gelombang 27. Terima kasih kepada semua peserta pelatihan Belajar menulis yang ada di Grup BM PGRI yang sudah membersamai belajar menulis.

How To Write Good Resume

Oleh: Fitrilawati

Resume ke-3
Gelombang: 27
Tanggal: 26 Agustus 2022
Tema: How To Write Good Resume
Narasumber: Ibu Maesaroh, MPd
Moderator: Ibu Mutmainah


Berikut adalah resume dari materi pertemuan ketiga Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang ke-27 yang diberikan oleh Ibu Maesaroh, MPd sebagai narasumber. Pada pertemuan tersebut yang bertindak sebagai Moderator adalah Ibu Mutmainah.

Pada pertemuan ketiga ini Ibu Maesaroh MPd, yang memiliki nama pena Maydearly dan nama panggung Blogger Milenial, menyampaikan tips bagaimana cara membuat resume yang baik. Maydearly merupakan seorang guru hebat dan penulis hebat yang dalam waktu singkat sudah memiliki banyak buku solo.


Berikut adalah resume dari materi pertemuan ketiga pada Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang ke-27 yang diberikan oleh Ibu Maesaroh, MPd sebagai narasumber dan Ibu Mutmainah sebagai Moderator.

Maydearly, yang juga dikenal sebagai queen of diction, mengawali paparannya dengan menjelaskan makna dari kata resume. Resume adalah sebuah ringkasan atau rangkuman dari paparan narasumber, dengan mengambil bagian yang penting saja. Resume memiliki isi yang hampir sama dengan gagasan pokok kalimat dalam materi yang disampaikan oleh narasumber. Menurut Maydearly, media yang biasa digunakan untuk membuat resume adalah Blog. Namun beliau mengingatkan agar dapat menggunakan Blog, diperlukan kondisi psikologis yang baik agar dapat memiliki mental baja. Beberapa hal yang harus dimiliki oleh Blogger yang handal adalah rasa percaya diri, sikap terbuka terhadap kritikan, kemampuan menulis hal informatif dan edukatif, serta dapat fleksibel dalam menggunakan berbagai media Blog.

Narasumber mengungkapkan bahwa adalah sangat sulit membuat tulisan yang bermakna di hati para pembaca. Agar dapat melakukan hal tersebut perlu terus memupuk rasa percaya diri, kemudian menulis dengan gaya sendiri, menghindari plagiarisme. Beliau mengatakan bahwa resume orang lain dapat dijadikan rujukan namun harus dirangkai dengan gaya bahasa sendiri, yaitu dengan menggunakan teknik parafrase.

Maydearly memberikan kriteria resume yang baik, yaitu resume yang berasal dari buah pikiran sendiri, dilandaskan kajian materi dari narasumber dan didukung oleh referensi yang relevan. Poin penting dalam membuat resume adalah menghindari pembaca merasa jenuh dan menulis bahasa narasumber dengan tehnik parafrase.

Nara sumber juga memberikan langkah-langkah untuk membuat resume yang baik, yaitu mengamati, memodifikasi, menghindari copy paste, memparafrase bahasa narasumber, memberi kesimpulan, menulis dengan versi sendiri. Selain teknik tersebut ada teknik lain seperti tehnik 5W 1 H (tehnik ADIKSIMBA) yaitu apa materi yang di bahas, dimana sumber referensinya, kemana arah materi yang disampaikan, siapa yang menjadi rujukan materi, kenapa materi ini begitu penting, bagaimana feedback dari materi ini?

Narasumber menjelaskan ada dua pilihan dalam membuat resume. Jika resume ditujukan untuk pembaca Blog maka resume tersebut perlu dibuat denga bahasa sederhana. Namun jika resume tersebut ditujukan untuk dijadikan sebuah buku, maka penulisan resume haruslah menggunakan kaidah penulisan yang baik, tata bahasa yang baku, serta referensi materi yang cukup agar mempermudah proses editing.

Dengan moderator Bu Emut yang cetar membahana dengan bahasa yang puitis, pertemuan ketiga pada pelatihan Belajar Menulis Gelombang 27 sangat berkesan dan telah memberikan bekal yang berguna, yaitu tips cara membuat resume yang baik dan benar. Hal tersebut sangat penting, apalagi mengingat kedepannya masih ada 27 materi dari narasumber yang harus dibuat resumenya. Terima kasih kepada Narasumber dan moderator, serta Tim Solid yang sudah bersusah payah mengadakan pelatihan ini.


Menjadikan Menulis sebagai Passion

Oleh: Fitrilawati

Resume ke-2
Gelombang: 27
Tanggal: 24 Agustus 2022
Tema: Menjadikan Menulis sebagai Passion
Narasumber: Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd.
Moderator: Dail Ma’ruf



Berikut adalah resume dari materi pertemuan kedua Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang ke-27 yang diberikan oleh Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd sebagai narasumber. Pada pertemuan tersebut yang bertindak sebagai Moderator adalah Bapak Dail Ma’ruf, MPd.

Topik dari materi pada pertemuan kedua adalah Menjadikan Menulis sebagai passion. Apa yang dimaksud dengan menulis sebagai passion? Menulis adalah suatu kegiatan membuat catatan yang berisi suatu informasi pada suatu media dengan menggunakan rangkaian kata. Inti dari menulis adalah menuangkan pikiran, perasaan dan ide lewat rangkaian kata sehingga mudah dimengerti oleh orang lain. Agar dapat menuangkan ide/perasaan penulis harus memiliki kemampuan dalam menggunakan kosakata, tata tulis,dan struktur bahasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), passion artinya yaitu kegemaran, gairah, keinginan yang besar, semangat, emosi, kemarahan, dan kecemasan.

Pada pertemuan kedua ini, Ibu Dra. Sri Sugiastuti, MPd yang merupakan seorang guru hebat, motivator, Blogger dengan banyak karya buku yang temanya sangat beragam, sharing dan memberikan tips bagaimana cara menjadikan kegiatan menulis sebagai passion.

Menurut narasumber yang mempunyai panggilan akrab Bu Kanjeng, passion menulis adalah suatu gairah menulis setiap saat. Menulis menjadi satu kebutuhan, bila belum menulis seperti ada yang kurang. Ada juga yang kalau belum menulis, belum bisa tidur. Jadi dengan menjadikan menulis sebagai Passion, proses menulis adalah proses yang sangat dinikmati sehingga kita sengaja menyediakan waktu untuk menulis.

Mengapa menulis menjadi passion sangat menjanjikan? Kemampuan menulis dipandang sebagai indikator intelektualitas dan kematangan berpikir. Hingga hari ini, profesi penulis adalah salah satu pekerjaan yang sangat dihormati dan dihargai secara sosial. Menulis adalah pekerjaan atau profesi yang mulia.

Ada beberapa kendala dan hambatan untuk menjadikan menulis sebagai passion. Beberapa hambatan antara lain merasa tidak bakat menulis, tidak memiliki waktu, tidak memiliki ide, tidak mau dikritik, tidak suka menulis. Bu Kanjeng memberikan tips bagaimana cara mengatasi kendala tersebut. Pertama ubah dulu mindset, katakan pada diri bahwa saya bisa menulis, kemudian siapkan waktu untuk menulis, jangan baper atau minder, perbanyak membaca, bangun komunitas Literasi. Beliau membagikan pengalaman bahwa amat sangat bahagia berkat menjadikan menulis sebagai passion. Diantaranya adalah bisa berbagi ilmu menulis, mengawal penulis pemula menjadi percaya diri dan tentunya jadi bagian dari keluarga besar komunitas menulis di mana mana.

Bu Kanjeng mendorong untuk jangan pernah takut menulis, apalagi merasa tidak punya bakat menulis. Menurut beliau menulis itu adalah keterampilan tertinggi setelah berbicara, mendengar dan membaca. Bu Kanjeng mengatakan adalah salah besar kalau ada yang merasa tidak bisa menulis. Setiap orang yang lahir ke dunia memiliki potensi dari Allah untuk siap dikembangkan. Sehingga perlu mengubah mindset dan membuktikan kalau bisa menulis.

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara menulis. Jawaban pertanyaan ini bersifat teknis dan jawabannya cenderung mudah dipelajari melalui proses latihan. Kapan kita mulai menulis? Jawabannya adalah secepatnya, kita harus niatkan untuk membuat karya yang asli dari diri kita.

Bu Kanjeng menjelaskan langkah-langkah menjadi penulis yang baik. Langkah pertama untuk menjadi seorang penulis yang baik, kita perlu membaca banyak buku baik yang bersifat general (umum) maupun spesifik (misalnya sesuai dengan background akademik atau interest pribadi kita). Hal tersebut penting karena ide dan gagasan seringkali muncul saat kita mendialektikakan bahan bacaan yang kita baca dengan bacaan orang lain atau dengan diri kita sendiri. Langkah berikutnya adalah berdiskusi. Bila diperlukan, ada baiknya kita memiliki mentor menulis yang tepat. Kemudian kita perlu melihat dan merasakan topik yang sama baik secara langsung maupun membaca di media. Terakhir mensosialisasikannya untuk mengetahui berapa banyak pengetahuan, pengalaman dan kisah orang lain yang dapat kita serap.

Beberapa tips mengenai persiapan untuk menulis yang diberikan oleh Bu Kanjeng antara laian menggali dan menemukan gagasan/ide, menentukan tujuan, genre, dan segmen pembaca, menentukan topik, membuat outline, dan mengumpulkan bahan materi / buku. Untuk menggali dan menemukan gagasan ide dapat dilakukan melalui pengamatan baik terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi, imajinasi, dan kajian pustaka. Untuk mempermudah proses penemuan ide, cara efektif yang dapat digunakan adalah melalui brainstorming. Setelah itu, penulis perlu menentukan tujuan menulis, genre yang diikuti serta target segmen pembaca. Sasaran pembaca akan menjadi bahan pertimbangan penting dalam menentukan warna tulisan. Selain itu, kita harus memastikan bahwa tulisan yang kita hasilkan akan marketable.

Bu Kanjeng juga memberikan contoh menentukan topik. Misalnya, tujuan menulis untuk memberikan informasi yang benar tentang kesehatan, genrenya tulisan populer. Jika sasarannya adalah orang tua (manula), maka penulis bisa menentukan tulisan misalnya dengan topik “Hidup sehat di usia senja”. Dalam membuat outline, kerangka tersebut menunjukkan gambaran materi yang akan ditulis. Menulis outline cukup dengan garis besarnya saja. Karakteristik outline yang baik memiliki kesederajatan yang logis, kesetaraan struktur, kepaduan, dan penekanan. Mengumpulkan bahan materi buku. Selain itu agar semakin banyak ide atau gagasan yang dapat dikembangkan. Apabila sudah menemukan topik, maka bahan bacaan yang dikumpulkan sesuai dengan topik yang sudah ditentukan. Namun Bu Kanjeng juga memberikan nasihat bijak. Penulis pemula harus sabar, tulislah semampu kita terlebih dahulu. Jangan berfikir harus sempurna, dan jangan terlalu idealis Nara sumber juga memberikan langkah-langkah untuk membuat buku dari naskah kasar yang sudah dimilik. Ada beberapa tahapan yang harus dilewati hingga terbitnya buku, antara lain editing, revising, publishing. Pada tahap editing perlu membaca ulang dan menyempurnakan draf. Pada tahap revising dilakukan perubahan beberapa bagian naskah, melengkapi naskah, mengevaluasi kembali naskah untuk menihilkan kesalahan tulis. Pada tahap publishing dilakukan pengiriman naskah, pracetak (perwajahan buku, tata letak, ISBN, proof reading), pencetakan, promosi dan distribusi.

Banyak sekali pengetahuan dan motivasi yang diberikan oleh narasumber hebat dan moderator hebat pada pertemuan kedua ini. Hal tersebut tentu menjadi motivasi untuk menjadikan menulis sebagai passion. Terima kasih untuk penyelenggaraan pelatihan ini. Hal tersebut akan memberi manfaat bagi peningkatan literasi di Indonesia!


Menulis Di Kompasiana

Oleh: Fitrilawati

Resume ke-1
Gelombang: 27
Tanggal: 22 Agustus 2022
Tema: Menulis di Kompasiana
Narasumber: Dr. Wijaya Kusumah, MPd.
Moderator: Widya Setianingsih



Berikut adalah resume dari materi pertemuan pertama Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang ke-27 yang diberikan oleh Bapak Dr. Wijaya Kesumah, MPd sebagai narasumber. Pada pertemuan tersebut yang bertindak sebagai Moderator adalah Ibu Widya Setianingsih.

Topik dari materi yang diberikan adalah Menulis di Kompasiana. Kompasiana adalah situs web www.kompasiana.com, sebuah platform blog dan publikasi online yang dikembangkan oleh Kompas Cyber Media. Nama Kompasiana diambil dari nama kolom pada harian Kompas yang diisi oleh Alm. Bapak PK Ojong, yang merupakan Pendiri Harian Kompas. Di tahun pertama kehadirannya yaitu Oktober 2008, Kompasiana dipergunakan sebagai blog jejaring internal untuk jurnalis dan karyawan Kompas Gramedia. Selanjutnya, sejak tahun 2009, Kompasiana menjadi platform blog untuk semua orang.

Kompasiana mengusung slogan: “Beyond Blogging” yang maknanya “Lebih dari sekedar ngeblog”. Melalui Kompasiana diharapkan masyarakat dapat menyalurkan gagasan dan opininya. Pengguna Internet yang telah memiliki akun Kompasiana disebut Kompasianer. Keunikan Kompasiana adalah pada sisi pengelolaan konten yang dilakukan secara simultan, setiap konten yang dibuat Kompasianer dapat langsung tayang.

Pada pertemuan pertama, Bapak Dr. Wijaya Kesumah, MPd yang dikenal dengan panggilan akrab Omjay membahas tentang Menulis Di Kompasiana. Beliau adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang memiliki hobby ngeBlog. Omjay sudah menjadi Kompasianer sejak awal kehadiran Kompasiana. Jika Kompasiana pertama hadir pada tanggal 22 Oktober 2008, Omjay sudah menulis di Kompasiana pada tanggal 22 November 2008, yaitu tepat saat Kompasiana berumur satu bulan. Saat ini Omjay sudah 14 tahun menulis di Kompasiana dan jumlah tulisannya pun sudah tidak terbilang banyaknya. Beliau memiliki kebiasaan menulis di Blog Kompasiana sebelum tidur. Omjay merasakan banyak sekali manfaat menjadi Kompasianer, seperti bertemu dengan orang-orang hebat, menjadi narasumber pada berbagai kesempatan, terpilih menjadi guru paling ngeblog kompasiana dan mendapatkan hadiah yang sangat istimewa.

Omjay memberitahukan cara menjadi Kompasianer, yaitu dengan mengunjungi situs www.kompasiana.com, mendaftar dan mengisi data diri. Pada bagian pengaturan, selain data diri seperti KTP, NPWP, ada juga kolom nomor rekening bank dan nomor gopay. Menurut Omjay, sejak beberapa waktu yang lalu ada ketentuan Reward Kompasiana. Penulis yang artikelnya banyak dibaca akan mendapatkan Gopay dari kompasiana. Kompasiana mempunyai dua macam keanggotaan yaitu yang premium dan free. Kompasianer yang keanggotaannya free, pada lamannya ada banyak iklan, sedangkan Kompasianer yang keanggotaannya premium, lamannya bersih dari iklan. Untuk mendapatkan keanggotaan premium harus berlangganan. Untuk pemula, Omjay tidak menyarankan berlangganan. Ada kesempatan berlangganan secara gratis jika memenangkan lomba yang diadakan oleh Kompasiana seperti yang dialami oleh Omjay.

Menurut Omjay, sebuah tulisan tidak bisa langsung sekali jadi, tulisan perlu direvisi secara berulang dan ditata sedemikian rupa sehingga kalimatnya mudah dipahami. Tulisan yang menarik dan dipahami akan banyak dibaca. Omjay menekankan pentingnya memasukkan hal yang sedang hangat menjadi topik pembicaraan dalam awal pembukaan suatu tulisan. Karena itu penting sekali bagi penulis untuk mengikuti hal yang sedang terjadi di sekelilingnya. Ide tulisan dapat berasal dari sekitar kita seperti radio, televisi, link youtube, bahkan keseharian yang lewat di depan mata. Yang penting adalah rutinitas menulis, kebiasaan menulis akan mengasah kemampuan dalam membuat tulisan.

Salah satu keistimewaan Kompasiana adalah pembaca dapat memberikan penilaian pada tulisan. Pembaca bisa memberikan nilai aktual, bermanfaat, isnpiratif, menarik, menghibur dan unik pada tulisan Kompasiana. Kita juga dapat memberikan nilai yang sesuai pada tulisan yang dibuat oleh orang lain. Fasilitas seperti ini tidak tersedia pada Blog biasa. Adalah suatu tantangan untuk mengembangkan tulisan kita di kompasiana agar pembaca memberikan nilai kepada tulisan kita. Namun Omjay juga menekankan jika tulisan kita tidak dinilai ya tdk apa-apa, itu menjadi motivasi bagi diri kita untuk menulis lebih baik dengan terus belajar. Tips dari Omjay agar berhasil di kompasiana kita harus banyak baca dan sering berkunjung ke tulisan orang lain, serta belajar dari para penulis senior yang jumlah pembacanya selalu banyak.

Dengan moderator Bu Widya yang energik, pertemuan pertama pada pelatihan Belajar Menulis Gelombang 27 sangat berkesan. Hal yang menarik lagi, tulisan di Kompasiana dapat diedit menjadi suatu buku. Hal tersebut tentu menjadi motivasi untuk konsisten mengikuti pelatihan. Terima kasih untuk penyelenggaraan pelatihan ini.


Menulis pun perlu belajar

Oleh Fitrilawati

Menulis adalah suatu kegiatan membuat catatan yang berisi suatu informasi pada suatu media dengan menggunakan huruf, kata, dan kalimat. Ketika membuat suatu tulisan diharapkan kita dapat menyampaikan suatu 'pesan' pada tulisan sehingga pembacanya akan mendapatkan suatu informasi dari tulisan yang dibacanya tersebut. Namun, adanya 'misi' tersebut membuat kegiatan menulis menjadi tidak mudah. Perlu ada ide untuk memilih topik apa yang berguna untuk diangkat menjadi tulisan, apa isi dan misi yang akan disampaikan melalui tulisan tersebut, bagaimana membuat intronya, bagaimana urutan penyampaiannya, dan banyak lagi hal yang perlu dipertimbangkan? Semua hal tersebut membuat kegiatan menulis itu tidak mudah sehingga perlu sekali untuk banyak belajar, berdiskusi, dan berlatih.

Adanya kebutuhan akan pengetahuan tersebut telah mendorong diri untuk bergabung dan mengikuti pelatihan Belajar Menulis yang diadakan oleh PGRI. Harapannya melalui pelatihan tersebut bukan hanya untuk mendapatkan pengetahuan, tetapi juga melalui komunitas Belajar Menulis tersebut diharapkan adanya masukan dan kritikan untuk memperbaiki tulisan, mengasah kemampuan, dan membiasakan diri untuk menulis.

Bismillah, usaha untuk dapat membiasakan dan melatih diri untuk menulis sudah dimulai sejak bergabung dengan grup WA Belajar Menulis PGRI Gel 27 dan akan segera mengikuti Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 27. Di dalam hati ada semangat dan keyakinan bahwa tidak ada usaha yang sia-sia, Insya Allah semuanya pasti ada manfaatnya. Mudah-mudahan upaya belajar ini akan membuahkan hasil, sehingga suatu hari nanti akan dapat menyandang 'profesi' sebagai penulis. Aamiin ya rabbal alamin.