Menulis semudah ceplok telor

Oleh : Fitrilawati

Resume ke-12
Gelombang: 27
Tanggal: 16 September 2022
Tema: Menulis semudah ceplok telor
Nara Sumber: Dra Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH
Moderator: Widya Setianingsih


Berikut adalah resume dari materi pertemuan ke dua belas pada Kelas Belajar Menulis PGRI Gelombang ke-27 yang diberikan oleh Ibu Dra Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH sebagai narasumber dan Ibu Widya Setianingsih sebagai Moderator. Ibu moderator mengawali pertemuan ke dua belas dengan memberikan motivasi bahwa sebagai penulis harus memiliki sikap yang gigih dan pantang menyerah untuk menulis, walaupun tulisannya belum ada peminatnya,dan selalu memiliki motivasi yang kuat untuk setia menulis dalam kondisi lapang ataupun sibuk.

Menulis adalah suatu aktivitas keren dalam menuangkan pemikiran dalam bentuk tulisan yang sistematis sehingga mudah dipahami oleh pembacanya. Ada yang mengatakan bahwa menulis itu mudah, bahkan pada pertemuan ke dua belas ini dikatakan bahwa menulis itu semudah ceplok telor. Judul tersebut sangat menggoda dan terbayang tahapan membuat ceplok telor. Mulai dari menyiapkan wajan teflon antilengket yang di atasnya diberi sedikit minyak, panaskan minyak dengan api kecil, pecahkan telur langsung di atas wajan, setelah bagian pinggiran putih telur mulai pekat percikkan beberapa tetes air ke sekitar telur, tutup wajan secara rapat, tunggu selama 20-30 detik, dan telur ceplok siap dinikmati. Tak sabar menunggu apa rahasianya sehingga menulis itu dapat semudah membuat ceplok telor. Apalagi pada kenyataannya tidak banyak orang yang dapat membuat tulisan yang baik, walau sudah mengetahui tahapan-tahapan menulis secara teoritis.

Ibu Dra Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH, yang dikenal sebagai guru inspiratif, saat ini menjadi kepala sekolah SMP Negeri 3 Kupang Barat, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang NTT. Beliau adalah seorang penggerak literasi dari Kupang dan merupakan seorang tokoh yang menginspirasi dan memotivasi perjuangan guru untuk menjadi tangguh di daerah pedalaman yang terpencil. Beliau mengawali tugasnya sebagai guru di Pulau Solor Kab. Flores Timur, sebuah pulau terpencil yang harus ditempuh melalui perjalanan menyeberang laut dari Larantuka ke Desa Watobuku Solor Timur dengan perahu kecil. Ketangguhannya tersebut telah membuatnya berhasil mengukir banyak prestasi dan penghargaan, sehingga menjadi guru inspiratif, seperti judul bukunya yang best seller tersebut.

Bunda Lilis mengawali materinya dengan menyatakan bahwa menulis itu mudah. Modal awal dalam menulis adalah membaca, karena ada banyak ilmu yang bisa didapat dari membaca. Bunda Lilis menceritakan bahwa beliau adalah salah seorang yang banyak berubah setelah banyak membaca buku. Menurut beliau, sebuah kisah yang diabadikan dalam bentuk tulisan adalah sesuatu yang indah dan dapat dikenang oleh pembacanya. Ada banyak hal yang bisa ditulis seperti pengalaman hidup yang kita alami. Walaupun kelihatannya biasa-biasa saja, tetapi ketika dituliskan maka tulisan tersebut dapat menginspirasi orang lain. Maka menurut Bunda Lilis, adalah sayang sekali jika pengalaman hidup tersebut hanya tersimpan dalam pikiran saja.

Berbeda dengan penulis lain, Bunda Lilis tidak banyak memanfaatkan blog untuk mencatatkan ide untuk karyanya, melainkan memanfaatkan facebook. Pada laman facebooknya, Bunda Lilis menulis hampir setiap hari. Kegiatan rutin tersebut menjaga konsistensinya untuk menulis setiap hari. Catatan pada laman facebook tersebut menjadi catatan ide untuk membuat buku atau karya tulis lainya.

Bunda Lilis sudah membuktikan bahwa menulis itu semudah membuat ceplok telor. Dalam kesenyapan, sudah banyak buku yang disiapkan untuk terbit. Dengan banyak membaca dan rutinitas menulis, terasa tahapan menulisnya mudah, ide mengalir menghasilkan suatu cerita. Namun perlu ada tahapan selanjutnya untuk menata kalimat demi kalimat agar mudah dipahami. Perlu keterampilan dalam pemilihan kata, penulisan kalimat, dan penyusunan paragraf. Pilihan kata adalah berbeda antara penulisan personal, formal, dan akademik, meskipun untuk mengungkapkan hal yang sama. Itu artinya, tata bahasa, kalimat demi kalimatnya juga tanda bacanya perlu diperhatikan.

Narasumer menutup materi dengan merangkum bahwa menulis itu semudah ceplok telur kita bisa menulis apa saja. Perlu latihan untuk menulis setiap saat, Jangan mencari waktu luang untuk menulis. Tetapi luangkan waktu kita untuk menulis agar terlatih dan terampil untuk mengolah kata demi kata hingga merangkai kalimat demi kalimat dengan sempurna.

Dengan moderator Ibu Widya Setianingsih, pertemuan ke dua belas pada kelas Belajar Menulis Gelombang 27 telah memberikan masukan pada peserta bagaimana menulis semuda ceplok telor. Terima kasih kepada moderator, narasumber, dan Tim Solid yang sudah mengorganisasi pelatihan ini.

4 komentar: