Kisah Perjalanan Keliling Dunia

Oleh: Fitrilawati

Resume ke-19
Gelombang: 27
Tanggal: 3 Oktober 2022
Tema: Kisah perjalanan keliling dunia
Narasumber: Taufik Hidayat
Moderator: Lely Suryani


Berikut adalah resume dari materi yang diberikan oleh narasumber Bapak Taufik Hidayat yang berjudul ‘Kisah perjalanan keliling dunia’ dengan dipandu oleh Ibu Lely Suryani sebagai Moderator. Topik malam ini sangat penting dan menarik karena dengan menulis buku cerita perjalanan  maka pembaca bisa membayangkan pengalaman yang serupa seperti yang dialami oleh penulisnya.

Pertemuan diawali oleh ibu moderator yang membuka acara dengan menyapa founder kegiatan ini, nara sumber, dan peserta KBM, serta mengajak peserta utk berdoa dalam memulai kegiatan ini. Kemudian, Ibu Lely memperkenalkan narasumber yaitu Bapak Taufik Hidayat saat ini berprofesi sebagai dosen di sebuah Universitas di Bekasi. Pendidikan terakhir beliau adalah Pasca Sarjana Universitas Indonesia dalam bidang Kajian Timur Tengah dan Islam. Setelah lulus dari sekolah penerbangan di Curug, narasumber mengawali karirnya di dunia penerbangan. Karier tersebut telah membawanya berkelana ke manca negara dan sehingga sampai saat ini sudah sekitar 70 negara di dunia ini sempat dikunjunginya. Bapak Taufik memiliki hobi menulis, selain di Kompasiana, beliau pernah juga menjadi kontributor di Intisari,  Inflight Magazine Garuda Indonesia, serta Colours. Sampai saat ini sudah ada berapa belas buku yang ditulisnya diantaranya adalah buku ‘1001 Masjid di 5 Benua’ yang terbit pada 2015. Beliau banyak menulis kisah perjalanan, salah satunya dapat diakses pada link berikut https://www.kompasiana.com/taufikuieks/633a71b208a8b52ff9189242/siapa-lelaki-misterius-di-logo-burger-paling-lezat-di-duniautm_source=Whatsapp&utm_medium=Refferal&utm_campaign= Sharing _ Mobile.

Narasumber memulai materinya dengan menceritakan kisah perjalanan ke berbagai pelosok dunia dan sebagian kisah tersebut sudah diabadikan menjadi buku seperti kunjungan ke Masjid Katedral di Minsk Belarus pada bulan Maret 2018, yang mana ketika itu suhu udara masih sangat dingin yaitu minus 16 derajat Celsius. Kisah perjananan tersebut dapat dibaca di Kompasiana pada link https://www.kompasiana.com/taufikuieks/5ac1854bcaf7db6f2d52c414/hangatnya-sup-dan-roti-persaudaraan-di-masjid-katedral-minsk-belarus


Dalam perjalanannya keliling dunia, narasumber sangat tertarik mengamati masjid yang berada di berbagai belahan dunia. Sebagian masjid-masjid yg pernah dikunjungi adalah masjid Omar Ali Syaifuddin di Brunei (gambar kiri atas), Jummag Masjid di Bangalore India (tengah atas), Masjid di Esfahan, Iran, namanya Shah Mosque (kanan atas), masjid di Iskandiyah mesir (kiri bawah), masjid Niujie atau Jalan Sapi di Beijing (tengah bawah), dan masjid India di Kuala Lumpur (kanan bawah).

Narasumber sangat terkesan dengan uniknya masjid Niujie di Beijing yang pertama kali dikunjunginya pada tahun 1997. Selanjutnya setiap kali ke Beijing beliau selalu mampir masjid Niujie dan terakhir kali beliau mampir pada tahun 2012. Kekaguman beliau terhadap masjid yang terletak di Beijing tersebut telah dituangkan dalam kisah perjalanan yang dimuat di kompasiana pada link berikut https://www.kompasiana.com/taufikuieks/55c0ab582223bdd1158 b7dfb/uniknya-adzan-khas-masjid-niujie-di-beijing?page=all

Narasumber memiliki perhatian khusus terhadap masjid di manca Negara. Ada tiga buku lagi mengenai masjid-masjid, setelah dua buku sebelumnya 'Mengembara ke Masjid-masjid di Pelosok Dunia’ dan ‘1001 Masjid di Lima Benua’ terbitan Mizan. Uniknya ketiga buku tersebut dipisahkan berdasarkan abjad dari nama negaranya.

Buku jilid pertama adalah tentang masjid yang ada di berbagai negara dengan urutan A sampai dengan I. Pada jilid I ada tentang perjalanan penulis menyusuri masjid paling besar di Argentina Amerika Selatan yang merupakan negara Katolik. Selain itu, ada tentang Masjid Heydar di Baku Azerbaijan yang dikunjungi sekitar 2017. Mesjid tersebut unik karena ada dua kali azan, yaitu  azan versi Sunni dan  azan versi Syiah. Di Baku Azerbaijan ada banyak orang Syiah, sehingga di masjid ini azan pertama dipimpin Akhun Syiah dan setelah itu ada azan lagi untuk orang Sunni yang dipimpin Imam.

Buku jilid II bergambar interior kubah  masjid Tokyo Camii di Jepang. Dalam buku tersebut ada juga artikel tentang masjid di Yangon Myanmar yang pernah dikunjungi narasumer pada tahun 2014. Salah satu kisah perjalanan tersebut sudah dimuat dalam kompasiana pada link berikut https://www.kompasiana.com/taufikuieks/54f405f3745513972b6c84c6/mengintip-suasana-umat-islam-di-yangon.

Buku jilid III memuat tentang mesjid di negara dengan abjad R sampai dengan Z. Pada buku tersebut ada artikel tentang Masjid Agung Taipei di Taiwan. Selain itu ada tentang masjid di Moskwa dan St Petersburg di Rusia. Ada juga tentang masjid Bendera di Beograd Serbia yang di dalamnya ada piano. Selain itu ada juga masjid masjid di Tiongkok yaitu masjid di Quanzhou dan masjid di Nanjing, Xiamen dan Beijing.

Selain buku tentang masjid, ada banyak buku tentang kisah perjalanan ke puluhan negar. Salah satunya adalah pengalaman mengunjungi makam dan tempat bersejarah di lima benua. Pada buku tersebut ada artikel tentang kunjungan ke mausoleum Lenin di Moskwa, Mausoleum Ho Chi Min di Hanoi, kunjungan ke pusara ksatria baju besi di Helsinki Finlandia. Ada juga cerita tentang kunjungan ke pemakaman muslim di Taipeh, dimana Jendral Bai yang merupakan salah satu jendral Muslim pendukung Chiang Kai Shek dimakamkan. Selain itu ada juga kisah tentang cenotaph alias makam kosong korban bom atom di Hiroshima. Ada kisah perjalanan mengunjungi makam di Oiramida Meksiko dan monumen Rizal di Manila, serta kisah kunjungan ke makam Evita. Selain itu ada juga cerita tentang makam hewan kesayangan di Irlandia.

Narasumber juga memiliki buku tentang kisah perjalanan di Brunei. Narasumber pernah bolak-balik mengunjungi Brunei sejak 1997 hingga 2016. Pada buku tersebut ada kisah perjalanan naik Bus Damri dari Pontianak di Kalimantan menuju Bandar Seri Begawan di Brunai. Narasumber memiliki kenangan yang menyenangkan terhadap Brunei yang merupakan negara kecil di pulau Kalimantan sehingga menganggapnya sebagai kampung kedua.

Narasumber juga menulis buku perjalanan  dari pengalamannya ke benua Afrika, yang menceritakan perjalanannya ke Mesir, Maroko, Rwanda, Kenya, Tanzania, Zanzibar, dll. Ada kisah dari Rwanda, yaitu tentang suku Hutu dan suku Tutsi yang saling bunuh karena politik. Ada juga kisah perjalanan ke masijd di Zanzibar dan pengalaman nonton life show tentang kura kura raksasa di Changu Island.

Selain itu, Pak Taufik Uieks juga memiliki buku yang berjudul ‘Menembus Tirai Besi’ yang terdiri dari tiga jilid. Buku tersebut memuat kisah perjalanan ke negara-negara eks Soviet yang dulunya komunis. Dituliskan juga pada buku tersebut bahwa ada banyak hal yang positif pada sistem komunis yang masih ada di sana. Ada kisah tentang Metro Moskwa (semacam MRT di Jakarta) yang stasiunnya mewah seperti istana dan berangkat setiap dua menit. Ada juga kisah perjalanan mengunjungi monumen ruang angkasa Yuri Gagarin. Buku ‘Menembus Tirai Besi’ jilid kedua memuat kisah perjalanan ke Azerbaijan, Georgia, dan Armenia. Jilid ketiga buku tersebut memuat kisah perjalanan ke Lativia dan Belarusia.

Narasumber menyarankan agar kita selalu berusaha membuat beberapa foto dan mencari sisi yang menarik dari tempat yang dikunjungi agar dapat ditulis menjadi kisah perjalanan. Kisah perjalanan tersebut lebih bagus jika langung ditulis karena lebih segar dalam ingatan. Perjalanan yang sudah lama juga bisa ditulis asal ada fotonya dan ditambahkan kisahnya yang didapat dari brosur wisata, cerita pemandu wisata, wawancara atau informasi apa saja supaya tulisannya menjadi berwarna dan menarik.

Menurut narasumber, dalam menulis kisah perjalanan perlu diperhatikan gaya penulisan agar pembaca bisa membayangkan dan merasakan tempat yang dikunjungi tersebut. Sebagai contoh, narasumber selalu mecoba untuk melukiskan suasana sekitar dengan kata-kata, mencoba menjabarkan suasana langit, angin, pohon. Selain itu  kalau masuk bangunan beliau mencoba mendeskripsikan detail pintu atap langit-langit. Kalau ke masjid beliau selalu menceritakan dinding mihrab mimbar khiasannya warna wanra nya karpet,jemaahnya,  seakan-akan mengajak pembaca ke sana.

Dengan moderator Ibu Lely, pertemuan ke sembilan belas pada kelas Belajar Menulis Gelombang 27 sangat menarik karena sudah mendapatkan ilmu tentang ‘menulis kisah perjalanan’.  Terima kasih kepada Ibu Lely sebagai moderator, Bapak Taufik Hidayat sebagai narasumber hebat yang sudah melakukan banyak perjalanan ke berbagai tempat di manca negara dan telah menulis buku cerita perjalanan yang inspiratif, dan Tim Solid Omjay yang hebat dan sudah mengorganisasi pelatihan ini.

2 komentar: