Menulis Puisi

Oleh: Fitrilawati

Resume ke-18
Gelombang: 27
Tanggal: 30 September 2022
Tema: Menulis Puisi
Narasumber: Dr. Nurhasanah, M.Pd
Moderator: Dail Ma’ruf



Berikut adalah resume dari materi yang diberikan oleh narasumber Ibu Dr. Nurhasanah, M.Pd yang berjudul ‘Menulis Puisi’ dengan dipandu oleh Bapak Dail Ma’ruf sebagai Moderator. Topik malam ini sangat menarik karena puisi merupakan ragam sastra yang dapat digunakan seseorang untuk mengekspresikan jiwanya. Selain itu, menulis puisi dapat melatih kepekaan terhadap realitas kehidupan sekitar.

Pertemuan diawali oleh Bapak moderator dengan menyapa peserta KBM, berdoa memberikan motivasi kepada peserta. Kemudian, Bapak moderator mengajak peserta untuk menyambut narasumber materi malam ini yaitu Ibu Dr. Nurhasanah, M.Pd. Narasumber yang memiliki panggilan akrab Bu Hasanah merupakan Pengawas Madrasah Aliyah di Kankemenag Sukabumi. Beliau baru menyelesaikan S3 dalam ilmu pendidikan prodi manajemen pendidikan, yang sesuai dengan tugasnya sebagai pengawas pada Madrasah Aliyah. Beliau juga merupakan alumni KBM Gelombang 18.

Narasumber memperlihatkan karya buku yang sudah dibuatnya. Beliau memiliki buku solo dan 72 buku antologi, serta segudang prestasi, Riwayat hidup lengkap beliau dapat diakses pada link berikut: https://hasanahhalima.blogspot.com/.

Narasumber memulai materi dengan menguraikan pengertian puisi, baik menurut KBBI maupun menurut HB Jassin, seorang sastrawan terkenal. Pengertian puisi menurut KBBI adalah ragam sastra yang terikat, gubahan dalam bahasa, sajak. Menurut HB Jassin puisi adalah suatu karya sastra yang diucapkan dengan perasaan dan memiliki gagasan atau pikiran serta tanggapan terhadap suatu hal atau kejadian tertentu.

Menurut narasumber, sebagai ragam sastra yang terikat puisi memiliki irama matra, rima ,bahasa, penyusunan larik dan bait. Irama adalah pengulangan bunyi yang biasanya tersusun rapih, Sedangkan Rima itu bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata untuk memperindah puisi dan menggambarkan perasaan penulisnya. Kalau Matra adalah ukuran banyaknya tekanan irama. Larik itu baris dalam puisi, bisa satu kata, bisa frase, bisa pula sebuah kalimat.

Sebagai gubahan dalam bahasa, puisi memiliki bentuk yang terpilih dan tertata secara cermat sehingga dapat mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus.

Sebagai sajak, puisi dapat berupa sajak bebas, sajak berpola, sajak dramatik, sajak lama, dan sajak mbeling. Sebagai sajak bebas, puisi tidak terikat rima dan mantra, dan tidak terikat oleh jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku dalam setiap larik. Pada sajak berpola puisi mencakupi jenis sajak yang susunan lariknya berupa bentuk geometris, seperti belah ketupat, jajaran genjang, bulat telir, tanda tanya, tanda seru, ataupun bentuk lain. Pada sajak dramatik, puisi memiliki persyaratan dramatik yang menekankan tikaian emosional atau situasi yang tegang. Pada sajak lama, puisi belum dipengaruhi oleh puisi barat seperti pantun, gurindam, syair, mantra, dan bidal. Pada sajak mbeling puisi berupa sajak ringan yang bertujuan membebaskan rasa tertekan, galisah, dan tegang, atau sajak main-main.

Bu Hasanah menjelaskan bahwa puisi harus mengikuti struktur fisik puisi yaitu bentuk, diksi, majas, dan rima. Penjelasan untuk masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut.
Bentuk: berbentuk baris-bait
Diksi: pemilihan kata indah dan memiliki kekuatan makna
Majas: bahasa kias untuk mengungkapkan isi hati penyair
Rima: persamaan bunyi di baris/ akhir baris untuk memunculkan keindahan bunyi

Jenis puisi dikelompokkan sebagai puisi lama dan puisi baru. Perbandingsan antara puisi lama dan puisi baru adalah sebagai berikut.

Puisi lama
Puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan yaitu jumlah kata dalam satu baris, jumlah baris dalam satu bait, persajakan (rima), banyak suku kata pada tiap baris. Contoh puisi lama adalah mantra, pantun, seloka, talibun.

Puisi Baru
Puisi yang tidakterikat oleh aturan yang mana bentuknya lebih bebas dari pada puisi lama dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Ciri-ciri puisi baru adalah memiliki bentuk yang rapi dan simetris (sama), persajakan akhir yang teratur, menggunakan pola sajak pantun dan syair walaupun dengan pola yang lain, Sebagian besar puisi empat seuntai (baris). Jenis puisi baru antara lain balada, himne, ode, epigram, romansa, elegi, dan satire. 

Penjelasan dari masing-masing jenis puisi tersebut adalah sebagai berikut.
  • Balada adalah puisi berisi kisah atau cerita
  • Himne adalah puisi pujaan untuk menghormati tuhan, seorang pahlawan, atau tanah air
  • Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi bersifat menyanjung terhadap pribadi tertentu
  • Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup
  • Romansa adalah puisi yang berisi luapan cinta kasih
  • Elegi adalah yang berisi ratapan tangis atau kesedihan
  • Satire adalah puisi yang berisi sindiran atau keritik
Dengan moderator Pak Dail, pertemuan ke delapan belas pada kelas Belajar Menulis Gelombang 27 sangat seru dan menarik karena sudah mendapatkan ilmu tentang menulis puisi. Apalagi peserta diajak mempraktekkan ilmu barunya dengan mencoba membuat puisi. Terima kasih kepada Pak Dail sebagai moderator yang inspiratif, Ibu Hasanah sebagai narasumber yang hebat, dan Tim Solid Omjay yang hebat dan sudah mengorganisasi pelatihan ini

5 komentar:

  1. Resumenya lengkap, apalagi dilengkapi dengan puisi Ibu yang bagus

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasi teh Gina. saya juga berharap begitu, tapi sampai ujung waktu puisinya gak jadi-jadi

      Hapus
  2. resume rapi dan sistematis, keren bu Fitri

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih Bu Sifa. ternyata saya belum punya kemampuan utk menulis puisi

      Hapus
  3. Tulisan yang menarik. Mari berkunjung ke blog saya Jagoan Banten

    BalasHapus