Kiat Menulis Cerita Fiksi


Oleh: Fitrilawati

Resume ke-10
Gelombang: 27
Tanggal: 12 September 2022
Tema: Kiat Menulis Cerita Fiksi
Narasumber: Sudomo, S.Pt
Moderator: Sigid Purwo Nugroho


Berikut adalah resume dari materi pertemuan ke sepuluh pada Kelas Belajar Menulis PGRI Gelombang ke-27 yang diberikan oleh Bapak Sudomo, SPt sebagai narasumber dan dipandu oleh Bapak Sigid Purwo Nugroho sebagai Moderator.

Bapak Sudomo S.Pt, yang menyebut dirinya sebagai pencinta sains, adalah seorang Sarjana Peternakan yang mengajar IPA di SMP Negeri 3 Lingsar Lombok Barat. Beliau sangat menyukai menulis fiksi dan sudah memiliki banyak karya buku baik berupa fiksi maupun nonfiksi.

Topik dari materi ke sepuluh KBM ini sangat menarik, yaitu tentang kiat menulis fiksi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fiksi artinya rekaan, berdasarkan khayalan, dan tidak berdasarkan kenyataan. Cerita fiksi merupakan karya tulis yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, tidak nyata, sehingga tidak perlu dicari pembenarannya dalam dunia nyata.

Narasumber mengawali materi dengan pertanyaan mengapa harus belajar menulis Fiksi? Alasan pertama adalah literasi tulisan fiksi merupakan salah satu aspek yang dinilai dalam asesmen kompetensi minimum. Selain itu menulis fiksi merupakan cara menemukan passion dalam bidang kepenulisan. Alasan penting lainnya adalah menulis fiksi merupakan upaya menyembunyikan dan menyembuhkan diri, serta sebagai jalan mengeksplorasi kemampuan menulis.

Ada beberapa bentuk cerita fiksi antara lain: fiksimini, flash fiction, pentigraf, cerpen, novelet, novella, dan novel. Pengelompokkan jenis fiksi tersebut berdasarkan jumlah kata sebagai berikut:
1. Fiksimini  adalah cerita fiksi yang terdiri dari beberapa kata yang menggambarkan satu cerita utuh.
2. Flash Fiction adalah cerita fiksi dengan jumlah kata khusus, misalnya 50 kata, 100 kata, dll
3. Pentigraf adalah cerita fiksi berupa cerita pendek dengan tiga paragraf.
4. Cerpen adalah cerita fiksi dengan jumlah kata < 7.500 kata
5. Novelet adalah cerita fiksi dengan jumlah kata mulai 7.500 sampai 17.500 kata
6. Novela adalah cerita fiksi dengan jumlah kata berkisar antara 17.500 sampai 40.000 kata
7. Novel adalah cerita fiksi dengan jumlah kata lebih banyak dari 40.000 kata

Narasumber menjelaskan ada beberapa syarat agar dapat menulis Cerita fiksi. Persyaratan pertama adalah komitmen dan niat yang kuat. Komitmen dan niat berkaitan dengan usaha mempelajari dan menyelesaikan apa yang telah dimulai. Syarat kedua adalah kemauan dan kemampuan melakukan riset. Riset dalam cerita fiksi berfungsi untuk mendukung alur cerita yang dibuat, baik dari literatur atau riset lapangan. Riset fiksi tidak harus seilmiah tulisan non fiksi. Selanjutnya agar dapat menulis cerita fiksi maka perlu membaca banyak cerita fiksi. Melalui membaca dapat diperoleh gambaran teknik penulisan, gaya bahasa, dan menambah kosa kata. Syarat berikutnya adalah mempelajari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Hal ini sangat perlu untuk meningkatkan kompetensi diri dalam swasunting setelah selesai menulis cerita fiksi. Kemudian perlu pemahaman tentang dasar-dasar menulis cerita fiksi. Dasar yang kuat akan memudahkan dalam membiasakan diri menulis cerita fiksi. Syarat terakhir adalah kemampuan menjaga konsistensi menulis. Konsistensi menulis akan membuat penulis menemukan gaya penulisan sendiri.

Nara sumber menjelaskan ada beberapa unsur dalam membangun cerita fiksi yaitu tema, premis, alur/plot, penokohan, latar/setting, dan sudut pandang. Uraian dari masing-masing unsur tersebut adalah sebagai berikut.

T EMA
Tema merupakan ide pokok cerita. Tips untuk menentukan tema adalah memilih hal yang dekat dengan penulis, menarik perhatian penulis, bahan mudah diperoleh, dan ruang lingkup terbatas. Tema yang dapat dipilih adalah yang sesuai dengan minat, yang mengangkat kehidupan nyata, berimajinasi, membaca, dan mendengarkan curahan hati. Contoh tema yang menarik diangkat dalam cerita fiksi misalnya berkah kejujuran, pendidikan dan kemiskinan;, persahabatan tiga anak SD, pengalaman siswa selama Belajar di Rumah, Perjuangan guru selama Pembelajaran Jarak Jauh, dan sebagainya.

PREMIS 
Premis adalah ringkasan cerita dalam satu kalimat. Unsur-unsur premis adalah karakter, tujuan tokoh, rintangan/halangan, dan resolusi. Cara membuat premis antara lain tulis masing-masing unsur pembentuknya kemudian rangkai menjadi satu kalimat utuh. Salah satu contoh Premis adalah seorang anak SD mengajak dua orang temannya melakukan perjalanan ke rumah kakeknya dan berusaha memperoleh pemahaman tentang materi IPA.

ALUR/ PLOT 
Alur/plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita. Ada berbagai macam alur antara lain: alur maju, alur mundur, alur campuran, alur flashback, dan alur kronologis. Unsur-unsur pada alur/plot adalah pengenalan cerita, awal konflik, menuju konflik, konflik memuncak/klimaks, penyelesaian/ending. Unsur-unsur alur/plot tersebut urutannya dapat diubah tergantung pada jenis alur yang dipilih. Pada gambar berikut diperlihatkan contoh alur/plot pada suatu cerita fiksi.


PENOKOHAN
Penokohan adalah penjelasan selangkah demi selangkah penjelasan detail karakter dalam cerita. Ada macam-macam tokoh antara lain: protagonis, antagonis, dan tritagonis. Dalam menggambarkan tokoh ada teknik penggambarannya yaitu: analitik, fisik dan perilaku tokoh, lingkungan tokoh, tata bahasa tokoh, dan penggambaran oleh tokoh lain.

LATAR/ SETTING
Latar/setting adalah penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita. Ada berbagai jenis latar yaitu: latar waktu, latar tempat, latar suasana, latar sosial, latar material, dan latar integral.

SUDUT PANDANG
Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan dirinya terhadap cerita yang diwujudkan dalam pandangan tokoh cerita. Terdapat berbagai macam sudut pandang yaitu sebagai orang pertama tunggal, orang pertama jamak, orang kedua, orang ketiga tunggal, orang ketiga jamak, dan campuran.

KIAT MENULIS CERITA FIKSI
Narasumber membagikan kiat dalam menulis cerita fiksi. Beberapa kiat tersebut antara lain niat, baca, ide & genre, outline, menulis, swa editing, publikasi. Niat diperlukan untuk memotivasi diri untuk memulai dan menyelesaikan tulisan. Selain itu diperlukan membaca fiksi orang lain dalam upaya untuk menemukan bahan belajar/referensi berupa ide, pemilihan kata, serta gaya dan teknik penulisan. Selanjutnya diperlukan ide dan genre. Narasumber menyarankan untuk segera mencatat saat ide mendadak muncul. Menemukan ide dapat dilakukan dengan cara mengembangkan imajinasi. Pemilihan genre disesuaikan dengan yang disukai dan dikuasai. Beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam menyusun outline, menulis, dan swasunting adalah sebagai berikut.

Outline
1. Kerangka disusun berdasarkan unsur-unsur pembangun cerita fiksi
2. Menentukan tema agar pembaca mengerti lingkup cerita fiksi kita
3. Membuat premis sesuai tema
4. Menentukan uraian alur/plot berdasarkan unsur-unsurnya
5. Menentukan penokohan kuat berdasarkan jenis dan teknik penggambaran watak tokoh dengan baik
6. Menentukan latar/setting dengan menunjukkan sisi eksotis dan detail
7. Memilih sudut pandang penceritaan yang unik

MENULIS
1. Membuka cerita dengan baik (dialog, kutipan, kata unik, konflik)
2. Melakukan pengenalan tokoh dan latar dengan baik dengan cara memaparkan secara jelas kepada pembaca
3. Menguatkan sisi konflik internal dan eksternal tokoh
4. Menggunakan pertimbangan logis agar tidak cacat logika dan memperkuat imajinasi
5. Memilih susunan kalimat yang pendek dan jelas
6. Memperkuat tulisan dengan pemilihan kata (diksi)
7. Membuat ending yang baik

SWASUNTING
1. Dilakukan setelah selesai menulis;
2. Jangan menulis sambil mengedit;
3. Memfokuskan penyuntingan pada kesalahan pengetikan, pemakaian kata baku dan istilah, aturan penulisan, ejaan, dan logika cerita;
4. Usahakan menempatkan diri pada posisi sebagai penyunting agar tega menyunting tulisan sendiri; Jangan lupa menyiapkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) danPedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Uraian yang diberikan narasumber merupakan ilmu baru bagi saya, selama ini belum pernah mencoba menulis cerita fiksi. Tahapan-tahapan tersebut akan merupakan panduan yang sangat bermanfaat untuk memulai menulis cerita fiksi. Selain itu, contoh-contoh yang diberikan pada sesi tanya jawab membantu memberikan gambaran dari tahap penulisan cerita fiksi. Hal ini sangat perlu apalagi menulis fiksi merupakan suatu wadah untuk mengungkapkan perasaan yang dapat menyembuhkan diri dari suatu kegelisahan.

Dengan moderator Bapak Sigid Purwo Nugroho, pertemuan ke sepuluh pada kelas Belajar Menulis Gelombang 27 telah memberikan masukan dan motivasi kepada peserta untuk mencoba menulis cerita fiksi. Terima kasih kepada Narasumber, moderator, dan Tim Solid yang sudah mengorganisasi pelatihan ini

3 komentar: